GELORAKAN.COM, -- Pada hari Sabtu (17/8), ribuan warga Israel turun ke jalan untuk menuntut kesepakatan pertukaran tawanan-sandera dengan faksi-faksi Palestina di Gaza.
Menurut KAN, lembaga penyiaran publik milik pemerintah Israel, puluhan ribu warga Israel berdemonstrasi di Kaplan Square, pusat kota Tel Aviv, untuk mendesak pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyelesaikan kesepakatan pertukaran tawanan-sandera.
Para pengunjuk rasa mengancam akan meningkatkan aksi mereka jika kesepakatan tidak tercapai dalam minggu depan. Mereka juga meneriakkan yel-yel menentang Netanyahu dan menuduhnya mengabaikan nyawa para sandera di Gaza, seperti dilaporkan oleh Anadolu.
Baca Juga : Pakar PBB Menyerukan Semua Negara Anggota Akui Negara Palestina
Harian Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa “ribuan warga Israel berunjuk rasa di Haifa (utara) dan di puluhan lokasi di seluruh negeri, menyerukan kesepakatan pertukaran sandera, gencatan senjata, serta pemilihan umum lebih awal untuk menggulingkan pemerintahan Netanyahu.”
Sebelumnya, keluarga sandera Israel yang berada di Gaza menyatakan bahwa Netanyahu menggagalkan kesepakatan dengan menetapkan persyaratan baru.
Pada hari Sabtu (17/8), tim perunding Israel memberi tahu Netanyahu bahwa ada “optimisme yang hati-hati” mengenai kemungkinan kelanjutan kesepakatan.
Baca Juga : Serangan Udara Brutal Israel Ke Kamp Pengungsi Rafah
Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar telah mengajukan proposal baru kepada Israel dan Hamas untuk menutup celah yang ada dan memfasilitasi implementasi kesepakatan dengan cepat.
Diskusi yang diadakan selama dua hari di ibu kota Qatar, Doha, digambarkan sebagai “serius dan konstruktif” dan berlangsung dalam suasana yang positif, meskipun para mediator tidak mengungkapkan secara spesifik proposal baru tersebut. Mereka mengatakan bahwa proposal ini sesuai dengan prinsip-prinsip rencana gencatan senjata tiga fase yang ditetapkan oleh Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei 2024, serta dengan Resolusi Dewan Keamanan 2735.
Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan di Gaza sejak serangan 7 Oktober tahun lalu oleh kelompok pejuang Palestina, Hamas.
Baca Juga : Mengenal Aplikasi Mini Telegram Hamster Kombat, Game Kripto Viral di Telegram
Sejak saat itu, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Israel juga melukai lebih dari 92.400 orang, menurut otoritas kesehatan di Gaza. Lebih dari 10 bulan setelah serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang memerintahkan Negeri Zionis itu untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada 6 Mei 2024.
(Sumber: cnnindonesia)