GELORAKAN.COM,-- Efek dari boikot anti Israel terhadap sejumlah merek seperti McDonald's dan KFC semakin terasa di Asia, Timur Tengah, dan beberapa bagian di Eropa.
Efek dari boikot anti Israel terhadap beberapa merek-merek makanan cepat saji asal Amerika Serikat, termasuk makanan siapsaji McDonald's dan KFC, semakin terasa di Asia, Timur Tengah, dan beberapa bagian di Eropa.
Aksi boikot terhadap merek dagang, yang dianggap memiliki kaitan dengan Israel di tengah konflik di Gaza, semakin mengobarkan ketegangan di Timur Tengah yang telah mendorong munculnya dukungan bagi warga Palestina.
Banyak umat Muslim di wilayah tersebut mengubah kebiasaan konsumsi mereka sejak perang dimulai, sehingga mengurangi permintaan makanan cepat saji dari peritel asal AS tersebut.
McDonald's menjadi target boikot setelah viralnya foto dan video di media sosial menunjukkan gerai-gerai waralabanya di Israel memberikan makanan kepada para tentara Israel pasca serangan 7 Oktober.
Baca Juga : Arab Saudi Membangun Kembali Gedung Tertinggi di Dunia
Akibat aksi boikot ini, pemegang lisensi waralaba McDonald’s di Arab Saudi mengeluarkan pernyataan yang menyatakan simpati kepada warga Palestina dan menyumbangkan 2 juta riyal (US$533.248) sebagai bantuan untuk.
Pemegang waralaba di negara-negara lain dengan populasi Muslim yang besar juga mengikuti langkah ini, dengan beberapa perusahaan mengeluarkan pernyataan publik untuk menekankan netralitas politik mereka.
Co-founder Shatranj Capital Partners menyatakan semua orang merasakan dampak boikot ini, termasuk sesuatu yang tidak disadari oleh banyak orang. “Tidak hanya merek-merek barat, semua orang terkena dampak konflik pasca 7 Oktober," ungkapnya seperti dikutip gelorakan.com dari Bloomberg, Sabtu 25/5/2024).
Baca Juga : Pasukan Israel Kembali Meningkatkan Serangan di Jalur Gaza Utara
Namun, Guthrie mengatakan dampak boikot terhadap McDonald's dan Starbucks secara signifikan lebih tinggi karena mereka lebih terekspos ke Mesir, Yordania, dan Maroko.
Meskipun McDonald's Corp tidak mengungkapkan berapa besar kerugian akibat boikot ini terhadap perusahaan selama kuartal IV/2023, CEO McDonald’s Chris Kempczinski mengatakan pada Februari lalu bahwa dampak yang paling terasa adalah di Timur Tengah, dan juga di negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia dan Malaysia. Sejumlah waralaba KFC di Asia Tenggara juga tidak luput dari aksi boikot.
Lebih dari 100 gerai KFC di Malaysia terpaksa ditutup untuk sementara waktu. Operator asal Malaysia QSR Brands (M) Holdings Bhd. mengimbau basis konsumen muslim bahwa mereka memiliki lebih dari 18.000 anggota tim di negara tersebut, di mana sekitar 85% di antaranya adalah Muslim.
Baca Juga : Blok BRICS Berencana Mengganti Dolar AS dengan Cryptocurrency untuk Perdagangan
Di Pakistan, merek-merek air dan minuman ringan lokal di beberapa toko kelontong diberi ruang rak yang menonjol dan lebih disukai daripada Coca-Cola dan Pepsi, yang telah menjadi minuman populer di negara ini selama beberapa dekade.
Beberapa poster beredar di kalangan warga Pakistan yang mencap perusahaan-perusahaan multinasional besar, termasuk kedua merek minuman AS tersebut, sebagai produk yang terkait dengan Israel.
Produsen kaleng Pepsi dan Coca-Cola mengalami penurunan penjualan sebesar 11% pada kuartal yang berakhir pada 31 Maret, sebagian karena berkurangnya permintaan domestik akibat reaksi atas kerusuhan di Timur Tengah, demikian ungkap Pakistan Aluminium Beverage Cans Ltd. dalam laporan kuartalannya.
Sama seperti di Asia dan Timur Tengah, Afrika Utara juga telah menjadi panggung boikot dengan konsekuensi yang nyata. Gerai perdana KFC di Aljazair ditutup sementara di tengah-tengah protes nasional pada bulan April. Di Eropa, dampak boikot lebih sulit dipastikan karena opini publik cenderung beragam.
Baca Juga : Pemerintah Turki Resmi Menangguhkan Seluruh Perdagangan dengan Israel
AmRest Holdings SE yang terdaftar di Warsawa, salah satu operator makanan cepat saji terbesar di Eropa dengan merek-merek seperti Burger King, KFC, dan Pizza Hut, mengatakan bahwa perang di Timur Tengah dapat "memengaruhi kepercayaan konsumen.
”Perang dapat mengubah kecenderungan mereka untuk mengonsumsi dan cara mereka mengkonsumsi," tulis mereka dalam laporan kuartalannya. Salah satu negara Eropa yang mengalami dampak yang cukup berarti adalah Prancis, menurut CEO McDonald's Kempczinski.
Penurunan penjualan di Prancis bergantung pada lokasi restoran dan apakah restoran tersebut berada di wilayah Muslim. Meskipun semua orang berada dalam garis tren yang mulai pulih, McDonald's dan Starbucks mungkin memerlukan waktu hingga akhir tahun untuk pulih karena kemundurannya lebih besar bagi mereka, ujar Guthrie.***
Sumber : Bisnis, Bloomberg