Kacamata: Cuan Bukan Sekedar Mimpi di Pagi Hari |
Gelorakan.com, - Ada tiga saudara yang bersama. Alkisah, Usai ayah ibunya wafat, mereka membuat kesepakatan: pergi merantau dan tidak akan kembali sebelum meraih kesuksesan.
* Anak pertama punya cita-cita, menjadi crazy rich.
* Anak kedua, berharap bisa menjadi tokoh kharismatik yang banyak pengikut.
* Anak ketiga, memiliki target, menikahi anak raja.
Lima tahun berlalu. Mereka bertemu. Anak pertama, sukses menjadi orang super kaya. Anak kedua, berhasil sebagai ahli hikmah dengan banyak followers. Adapun anak ketiga, tidak ada yang berubah. Persis sama dengan kondisi sebelumnya.
"Mengapa hidup kamu gak berubah?"
"Aku dulu, ketika abang-abang pergi, aku kembali ke rumah. Toch dalam benakku, aku yakin kalian akan meraih sukses. Nah ketika itu, pasti kalian akan mau membantuku menikahi putri raja", jawab anak ketiga.
Mereka lantas sepakat menemui raja, "Apa yang membuat kamu yakin, saya akan menerima kamu sebagai menantu?,"
Si anak ketiga menjawab, "Saya punya dua kakak yang sukses. Satu crazy rich, hartanya berlimpah. Kedua, ahli hikmah yang banyak followers. Keduanya bisa menjadi penguat kerajaan," jawab si anak ketiga.
"Ya sudah. Kedua putri, akan saya nikahkan dengan kakak-kakak kamu ya. Sudah jelas mereka yang sukses. Lalu kamu bisa apa?," respon sang raja teramat pedas.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah di atas adalah:
1. Tidak ada tempat bagi pemalas, yang hobinya menjadi parasit benalu dari kesuksesan orang lain.
2. Cita-cita, imajinasi dan narasi hebat harus diiringi dengan kerja keras, ikhtiar maksimal, dan usaha yang cermat, akurat, dan smart.
3. Orang terpandang akan memandang kita saat sudah berada di posisi terpandang. Ini masalah chemistry, groupping, afiliasi, dan tentunya hobi.
Nah, ketika saya berimajinasi dedaunan menjadi cuan, akan ada yang memandang saya tengah berhalusinasi. Namun mereka akan menganggap wajar, jika dedaunan menjadi cuan bukan sekedar mimpi di pagi hari. Jika saja tahu kacamata silaturahmi.
Tulisan ini telah dibuat oleh: Nandang Burhanudin