Dok foto: ilustrasi Gelombang air laut |
Oleh: Nandang Burhanudin
Gelorakan.com, - Dua pribahasa, "Air Beriak tanda tak dalam. Air tenang menghanyutkan." Bisa disematkan pada karakter seseorang, organisasi, atau partai politik, yang merupakan bahasa simbolik.
Karakter seperti air beriak, mudah kita temukan di level lokal apalagi nasional. Sebagaimana di dunia nyata, air tenang menghanyutkan itu juga tidak susah kita jumpai.
Di Garut misalnya, saya menemukan sosok KH. Cecep Abdul Halim. Sosok lembut, kalem, cool, berwibawa, kharismatik. Namun pengaruhnya didengar Pemda, Polri, TNI, apalagi rakyat sipil.
Nah yang menarik, saya menemukan sosok Anis Matta yang On Going mengarah kepada kharisma di atas: air tenang menghanyutkan, artinya: semakin dalam ilmu seseorang, maka ia akan bersikap lebih tenang.
Terbukti ketika menghadapi persoalan, besar atau kecil, ia lebih bersikap tenang dan lebih dewasa. Tidak grasa-grusu. Bukan hanya ketika menghadapi masalah saja. Bahkan ketika ia berada di puncak tawaran jabatan di masa SBY, ia menyerahkan jabatan kepada para seniornya dan meletakkan jabatan wakil Ketua DPR RI kepada juniornya.
Jelas model seperti saya belum mencapai titik kharisma, air tenang menghanyutkan. Saya dan sebagian banyak teman-teman, masih pada level "air beriak tanda tak dalam. "Wajar ketika ada serangan kritik", langsung reaktif membabi buta.
Oleh karena itu, riak gelombang saya temukan makna yang hampir mirip: RIAK
R = Relawan berarti mengabdikan diri dengan segala kemampuan untuk berdedikasi demi kemaslahatan orang lain, bangsa dan Negara
I = Integritas berarti "utuh" yang menandakan satu kesatuan yang utuh/bulat dengan dasar antara ucapan dan perbuatan satu garis lurus membentuk sudut 1800.
Aplicable: Mampu memgaplikasikan setiap narasi ke dalam aksi nyata. Memilih peran aplikatif dalam membangun jembatan komunikasi, sinergitas, kolaborasi dengan sesama anak bangsa.
K = Komitmen dan konsisten denga sikap hati dan perbuatan yang tidak mau memberikan ruang untuk melakukan tidakan melanggar aturan hukum. Taat pada asas Reliji, Nasionalisme, Demokrasi dan Kesejahteraan.
Menjadi RIAK, adalah awal kita untuk berselancar menjauhi budaya dan tradisi buruk di masa lalu. Tanpa harus membenci orang tentunya. (Bd20)