JAKARTA – Harga emas terus terkoreksi seiring dengan penguatan dolar AS yang tidak terduga serta reli imbal hasil (yield) obligasi AS (US Treasury).
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar Spot turun 0,7 persen ke level US$1.763,95 per ounce. Sepanjang pekan ini, harga logam mulia tersebut telah anjlok 3,3 persen. Sedangkan, sepanjang 2021, harga emas telah terkoreksi 7,1 persen, atau tren harga terburuk di awal tahun sejak 1991 lalu.
Padahal, sepanjang tahun lalu, harga emas mengalami reli yang cukup besar seiring dengan kondisi pandemi yang membuat investor beralih ke aset safe haven. Pelemahan emas di awal tahun ini dipicu oleh ketahanan dolar AS dan penguatan yield US Treasury yang menunjukkan pemulihan ekonomi global telah berjalan.
Senior Vice President Zaner Group, Peter Thomas mengatakan,seiring dengan kenaikan tingkat suku bunga dan sentimen kenaikan inflasi yang mencapai puncaknya, investor kini melakukan aksi jual emas dan beralih ke aset logam industri seperti tembaga.
Sementara itu, Michael McCarthy, chief market strategist CMC Markets mengatakan, harga emas dipengaruhi oleh sentimen dari pasar obligasi selama beberapa pekan terakhir. Prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan kebijakan moneter yang akomodatif mengindikasikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi pada tahun ini.
Hal tersebut, lanjutnya, akan berimbas negatif pada aset non-yielding seperti emas. Ia melanjutkan, apabila harga emas menembus level US$1.765, potensi risiko logam mulia akan semakin besar.
“Level tersebut akan menembus rerata harga perdagangan selama tujuh bulan terakhir. Hal ini membuat harga emas dapat diperdagangkan pada level yang lebih rendah,” katanya dikutip dari Bloomberg.
Meski demikian, potensi penguatan harga emas masih cukup terbuka. Analis Goldman Sachs Group Inc., Jeffrey Curie dalam laporannya mengatakan, peluang kenaikan harga emas ditopang oleh prospek paket stimulus tambahan dan kebijakan The Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga acuan.
“Emas masih menjadi aset investasi yang menjanjikan dalam jangka menengah hingga panjang meskipun di tengah tren penguatan dolar AS dapat menghambat pergerakan harga,” katanya.
Sementara itu, CEO DoubleLine Capital LP, Jeffrey Gundlach melalui akun Twitternya menyampaikan bahwa dampak paket stimulus akan lebih dirasakan oleh aset kripto Bitcoin ketimbang emas.
Sumber : Bisnis.com