KOTA BANDUNG, NYARINK.COM -- Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengapresiasi upaya Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Provinsi Jabar.
Apresiasi tersebut disampaikan Doni usai menggelar rapat dengan Komite Kebijakan Jabar di Makodam III/Siliwangi, Kota Bandung.
“Secara umum Jawa Barat cukup bagus dan kita harapkan lewat upaya pencegahan maka angka kasus harian bisa ditekan,” kata Doni.
Tingkat kesembuhan pasien COVID-19 di Jawa Barat (Jabar) per 27 Desember 2020 mencapai 83,38 persen. Angka tersebut berada di atas rata-rata tingkat kesembuhan nasional yakni 81,8 persen.
Sedangkan kasus meninggal pasien COVID-19 di Jabar yakni 1,45 persen. Angka tersebut jauh di bawah rata-rata kasus meninggal nasional yang mencapai 2,9 persen.
Sementara itu, Ketua Komite Kebijakan Jabar Ridwan Kamil melaporkan, berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 Jabar periode 21-27 Desember 2020, empat daerah di Jabar berstatus Zona Merah atau risiko tinggi.
Keempat daerah tersebut yakni Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Karawang, Kota Depok, dan Kota Tasikmalaya. Selain itu, kata Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil, 18 daerah di Jabar berstatus Zona Oranye atau risiko sedang. Sedangkan lima daerah lainnya berstatus Zona Kuning atau risiko rendah.
"Jaga jarak paling tinggi disiplinnya Kota Cimahi, 91,52 persen. Dan paling rendah Kabupaten Tasikmalaya, 43,17 persen," imbuhnya.
“Kami menegaskan lagi, pergantian Tahun Baru 2021 tidak boleh ada perayaan yang berpotensi kerumunan, nongkrong-nongkrong di jalan. Dan pengendalian melalui posko sudah kami siapkan,” katanya.
Guna mencegah lonjakan kasus positif COVID-19, Satgas Penanganan COVID-19 Jabar menggelar rapid test antigen kepada pelaku perjalanan dan wisatawan pada 23-27 Desember 2020. Pengetesan berlangsung di rest area 97B, 57A, 72A, 72B, Tol Cipularang, dan 86A, 86B, 101B, 102A Tol Cipali.
Selain pelaksanaan rapid test antigen, Satgas Penanganan COVID-19 Jabar memeriksa penerapan protokol kesehatan 3M di rest area Tol Cipali maupun Cipularang.
Kang Emil melaporkan, sampai saat ini, Satgas Penanganan COVID-19 Jabar memiliki sekitar 60.000 alat rapid test antigen.
"Sekitar 20 ribu dari BNPB untuk melengkapi suplai rapid test antigen di Jabar. Kami bangga karena sudah ada produk dalam negeri buatan Unpad. Itu akan menjadi andalan kami dalam melengkapi pergeseran rapid test antibody ke rapid test antigen,” ucapnya.
Selain itu, Kang Emil menuturkan bahwa Provinsi Jabar membutuhkan 67 juta dosis vaksin. Persiapan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 pun terus dilakukan. Mulai dari kesiapan puskesmas sampai Sumber Daya Manusia (SDM).
Tambah Kapasitas Ruang Isolasi
Dalam agenda tersebut, Doni juga mengapresiasi langkah sigap Satgas Penanganan COVID-19 Jabar dalam memperkuat rumah sakit rujukan COVID-19 dan pusat isolasi nonrumah sakit.
Tingkat keterisian rumah sakit rujukan COVID-19 di Jabar per 27 Desember 2020 mencapai 78,53 persen. Sedangkan, tingkat keterisian pusat isolasi sakit yakni 56,70 persen.
“Bed Occupancy Rate untuk Jawa Barat secara umum sudah di atas 78 persen dan angka ini tentu harus menjadi perhatian kita semua terutama dari pemerintah pusat," kata Doni.
"Bapak Presiden, dalam arahannya, mengingatkan daerah dan memberikan dukungan dan juga tidak boleh ada daerah yang kesulitan dalam menyiapkan fasilitas perawatan,” tambahnya.
Guna menambah kapasitas, Satgas Penanganan COVID-19 Jabar dibantu Kodam III/Siliwangi akan menggunakan Asrama Secapa AD Hegarmanah, Wisma Atlet Gunung Bohong, Dodik Belanegara Lembang, Asrama Haji Embarkasi Bekasi, LAN RI, dan fasilitas TNI wilayah priangan timur, sebagai pusat isolasi.
“Strategi yang dilakukan Jawa Barat kami berikan apresiasi terutama bantuan dari Kodam III/Siliwangi atas arahan Kepala Staf Angkatan Darat yang telah mengizinkan semua fasilitas milik TNI Angkatan Darat yang ada di wilayah Kodam III/Siliwangi bisa digunakan untuk perawatan pasien yang sudah terpapar COVID-19, khususnya yang tanpa gejala atau OTG, sehingga rumah sakit rujukan COVID-19 yang ada ini bisa fokus untuk menangani pasien yang bergejala sedang dan berat atau kritis,” kata Doni. (Humas/Ink20)