NYARINK.com - Ketua Koordinator Wilayah Jayawijaya dan Lanny Jaya Kota Studi Jakarta Imanuel Logo mengklarifikasi soal acara ‘pembekalan dan pembinaan mahasiswa Papua’ di Hotel Borobudur, Jakarta.
Dia bilang, acara itu difasilitasi oleh Frans Mantanai, orang asli Papua yang lama menetap di ibu kota.
Frans mengajak Carles Kossay, Arman Asso, dan Issay Wenda untuk membantunya menyertakan mahasiswa Papua ke kegiatan yang berlangsung pada 6 November itu. “Awalnya kawan-kawan mahasiswa hanya tahu akan mendapatkan beasiswa,” ujar Imanuel dikutip Tirto, Senin (7/12/2020).
Ketika 19-23 mahasiswa itu tiba di hotel, mereka dibawa ke dalam sebuah ruangan dan di dalamnya sudah terpasang spanduk bertuliskan ‘Pembekalan dan Deklarasi Mendukung Keberlanjutan Otsus Papua’. Imanuel menegaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh penyelenggara acara adalah bentuk pemaksaan terhadap mahasiswa.
Dia mengingatkan kepada pihak yang sering kali memanfaatkan mahasiswa Papua dan menjadikannya objek atas kepentingan sesaat, karena ini tidak akan menyelesaikan persoalan Papua.
“Biarkan rakyat Papua menentukan dengan gaya mereka sendiri, bukan dengan cara dan gaya pemerintah pusat yang mengajak segelintir orang, kemudian mengklaim sebagai representasi orang Papua,” jelas dia.
Penolakan Otsus Papua Jilid II juga dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Se-Tanah Papua Jawa Barat (IMASEPA BJB), mereka pun tak suka dengan tindakan ‘Komite Peduli Papua di Jawa Barat’ yang mengatasnamakan mahasiswa Papua pendukung otsus. Komite itu mengadakan acara pada 27 November.
“Kami juga mengutuk tindakan yang dilakukan oleh segelintir orang demi untuk mencari panggung atau jabatan yang mengatasnamakan IMASEPA BJB untuk mendukung hal yang berkaitan dengan keberlanjutan otsus,” ucap Fransiskus Iyai, Presiden Komunitas Basis Cendrawasih,
Ia menegaskan bahwa otsus sudah gagal dan membawa petaka bagi Papua. Upaya yang dilakukan oleh Komite pun dianggap dapat memecah belah persatuan mahasiswa dan pelajar Bumi Cenderawasih.
Pihaknya juga meminta pemerintah menarik aparat keamanan di Papua yang berkelindan dengan otsus. “Segera kembalikan kepada rakyat Papua untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri, apakah menerima otsus atau merdeka sebagai sebuah negara,” kata Fransiskus.
[Bd20/Ink20]