NYARINK.com - Kota Depok merupakan basis dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kadernya pun dikenal militan, sehingga selalu solid.
Namun, pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Depok 2020 kader PKS Kota Depok terpecah. Sejumlah kader PKS tersebut mendukung pasangan Pradi-Afifah secara diam-diam.
Padahal PKS Depok mengusung pasangan Mohammad Idris-Imam Budi Hartono.
Kutipan NYARINK.com melalui laman WartaKotaLive.com, "Banyak kader PKS Depok yang diam-diam lebih mendukung Pradi-Afifah. Mereka tidak berani terbuka menyatakan dukungannya," kata mantan Humas DPD PKS Kota Depok, Bramastyo Bontas, Jumat (16/10/2020).
Bramastyo Bontas menyatakan bahwa kader PKS yang mendukung Pradi-Afifah jumlahnya signifikan. Jumlahnya mencapai ribuan.
"Saya pasti mendukung Pradi-Afifah, karena sudah di luar PKS. Makanya saya berani terang-terangan. Jumlah kader yang dukung Pradi cukup banyak," tuturnya.
Bramastyo menyatakan bahwa alasan kader PKS mendukung Pradi, karena mereka tidak yakin aspirasi masyarakat Depok dan program yang ditawarkan paslon dari PKS tersebut terutama program yang berkaitan dengan pemerintah pusat dapat terealisasi.
"Dari kekuatan di parlemen Pradi-Afifah lebih kuat. Inilah yang disebut jaringan dan tinggal bagaimana komunikasinya. Sata tahu Pradi itu lihai dalam berkomunikasi," ujarnya.
Ketua DPD PKS Kota Depok, Hafid Natsir, menyatakan bahwa kader PKS solid mendukung Mohammad Idris-Imam Budi Hartono, ucapnya.
Bramastyo Bontas memberikan dukungan pada pasangan calon Wali-Wakil Wali Kota Depok, Pradi Supriatna-Afifah Alia. Diketahui bahwa Bram adalah mantan Humas DPD PKS.
Bram mengaku dukungan diberikan kepada Pradi-Afifah karena menganggap mereka adalah pasangan yang tepat untuk memimpin Depok. “Saya melihat secara logis Pak Pradi bisa menjalankan itu. Permasalahan utama kenapa saya memilih, karena ke depan janji yang ditawarkan kedua calonnya tidak akan berjalan kalau akses dukungan daerahnya enggak bisa naik,” kata Bram ketika dikonfirmasi, dilansir melalui laman Merdeka.com, Kamis (15/10).
Dia bahkan sudah melakukan banyak komunikasi dengan pasangan nomor urut 01 itu. “Banyak agenda-agenda yang lebih ke Pak Pradi ketimbang Pak Idris (kandidat dari PKS),” ujar dia.
Bram menuturkan, pasangan Pradi-Afifah adalah sosok yang memiliki inovasi. Bahkan pasangan ini juga dianggap memiliki kemampuan komunikasi sebagai pemimpin.
“Yang bisa melakukan inovasi itu saya melihat ada pada Pak Pradi. Ya, lebih mampu untuk membuat pemerintahan yang lebih inovatif,” kata Ketua Bidang Teritorial Gelora Depok itu.
Ditegaskan dia apa yang menjadi pilihannya itu bukan disebabkan rasa sakit hati. Dia mengaku tidak ada masalah dengan rezim sebelumnya. Namun dia juga tidak membantah selama menjabat sebagai pengurus PKS Depok jarang sekali berkomunikasi dengan Mohammad Idris.
“Dengan Pak Idris saya jarang banget berkomunikasi, bahkan hampir enggak ada ya. Jadi enggak ada, bukan dari sakit hati,” ucapnya.
Bram mengaku sempat beberapa kali mencoba menjalin komunikasi dengan Idris, namun tidak berjalan. Dia pun menduga hal itu terjadi karena kesibukan agenda Idris.
Bram menyebut kemungkinan ada juga mantan atau kader aktif PKS yang ikut memilih mendukung Pradi-Afifah. “Saya pikir ada ya, tidak mengutarakan secara jelas statement mungkin enggak, karena memang banyak hal yang melatarbelakangi itu,” katanya.
Ia menyebut, salah satu alasan mendasar itu adalah karena ketidakpuasan atas kinerja Idris. Mereka menilai Idris tidak bisa melakukan inovasi dan perubahan terhadap layanan publik.
"Kalau yang tidak kader seperti saya berhak ya (menjatuhkan piihan lain), tapi kalau di kader sendiri ada beberapa yang memang tidak puas juga dengan kepemimpinan yang sekarang. Kalaupun ditanya ya tidak akan jawab. Tapi, mereka secara diam-diam mendukung Pak Pradi,” tandasnya.
[bd20/ink20/WKL/Mdk]