Menu Atas

Anies Baswedan: Pemimpin yang Alim, Mempersatukan dan Berpengalaman

Admin
| Juni 30, 2020 WIB Last Updated 2020-07-02T11:45:52Z
Pengajian warga di rumah Joglo Anies di Lebak Bulus Jakarta

Anies Baswedan adalah seorang pemimpin muda yang efektif, penuh terobosan, kebaruan, berpengalaman, tegas, berani, alim, santun dan punya kemampuan mempersatukan.

Kepemimpinan Anies tidak hanya teruji, namun juga diakui dunia. Namanya terpilih sebagai ‘500 tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia’ dalam 6 tahun berturut-turut sejak 2010 (Yordania), dipilih menjadi ‘20 pemimpin yang diprediksi akan mengubah dunia dalam 20 tahun ke depan’ oleh Majalah Foresight, Jepang (2010). Dia masuk daftar ‘100 tokoh intelektual publik dunia’ versi majalah Foreign Policy (2008)”

Anak pertama dari pasangan Drs. Rasyid Baswedan, SU, dan Prof.Dr. Aliyah Ganis, M.Pd. yang lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 ini hidup di lingkungan keluarga besar aktivis Islam, ahlus sunnah wal jamaah. Anies dibesarkan di rumah kakeknya di Taman Yuwono Yogyakarta. Kakek Anies adalah Abdul Rahman Baswedan (AR Baswedan), seorang wartawan, sastrawan, ulama, dan tokoh pejuang pergerakan kemerdekaan yang ikut merancang pendirian Republik Indonesia. Pendiri dan Ketua Partai Arab Indonesia tahun 1934 yang melawan Belanda dan bertujuan meraih Kemerdekaan bagi Indonesia. Saat tercapai kemerdekaan, maka partai membubarkan diri karena tujuannya telah tercapai. AR Baswedan adalah anggota BPUPKI (Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia), Menteri Penerangan, Anggota BP-KNIP, Anggota Dewan Konstituante dari Partai Masyumi dan salah satu diplomat pertama Indonesia untuk misi pengakuan dunia untuk RI. AR Baswedan berhasil melakukan diplomasi sehingga Indonesia mendapatkan pengakuan kemerdekaan untuk pertama kalinya dari Mesir.

Ayah Anies, Rasyid Baswedan adalah Dekan Fak Ekonomi dan kemudian Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia. Hingga akhirnya hayatnya di tahun 2013, beliau aktif mengajar dan berdakwah di Yogyakarta.

Nenek Anies adalah Ibu Barkah AR Baswedan seorang tokoh perempuan pendiri organisasi Wanita Islam di tahun 1962 dan menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat selama 10 tahun. Wanita Islam didirikan dan menjadi garda terdepan dalam gerakan perempuan menghadapi Gerwani PKI. Sebagai tokoh perempuan Ibu AR Baswedan juga turut dalam Kongres Perempuan di Yogyakarta dan sepanjang hidupnya dipakai untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Demikian pula Ibunda Anies, Prof. Dr. Aliyah Ganis, MPd, juga menjadi Ketua Wanita Islam DI Yogyakarta selama dua periode. Keluarga Anies adalah keluarga pejuang sejak era perjuangan kemerdekaan hingga masa pembangunan Indonesia.

Ketika diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2014-2016) Anies Baswedan, Ph.D. adalah sebagai Rektor Universitas Paramadina. Anies juga dikenal sebagai Rektor Termuda di Indonesia, di usia 38 tahun, saat menggantikan Dr. Mohammad Shohibul Iman (Plt. Rektor Universitas Paramadina) yang saat ini menjadi Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Anies sering difitnah sebagai anggota Jaringan Islam Liberal (JIL). Posisinya sebagai Rektor Universitas Paramadina itulah yang menyebabkan Anies dikait-kaitkan bahkan dituduh sebagai pengikut JIL. Faktanya Anies Baswedan bukan anggota JIL, tak pernah sekalipun mengungkapkan pernyataan kontroversial terkait agama Islam, seperti halnya orang-orang JIL. Anies juga tak pernah ikut atau terlibat dalam diskusi-diskusi di JIL atau terlibat bekerja sama dengan mereka.

Ada buku berjudul 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia : Pengusung Ide Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme yang ditulis oleh Budi Handrianto. Di buku tersebut TIDAK ADA nama Anies; karena memang siapapun yang mengamati dari dekat pasti tahu bahwa Anies bukan bagian dari JIL. Sebagaimana M Shohibul Iman, Presiden PKS. Anies dan Iman memang keduanya pernah jadi rektor di Universitas Paramadina tapi keduanya bukan bagian Gerakan Islam Liberal, justru mereka yang sering dimusuhi oleh JIL.

Baru-baru ini Anies Baswedan juga sempat difitnah sebagai penganut Syiah, digaungkan lewat foto saat duta besar Iran di Jakarta melakukan kunjungan ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Bahkan dituding ada kerjasama dengan Iran; padahal sama sekali tidak ada kegiatan kerjasama. Sebagai Mendikbud, Anies memang menerima puluhan Duta Besar negara asing yang memiliki Kedutaan di Jakarta.

Dr. Hidayat Nur Wahid, yang sudah mengenal Anies sejak dia masih kuliah di Amerika dan aktif di Indonesia Muslim Student Association (IMSA) di Amerika Serikat, mengatakan tidak benar Anies beraliran Syiah dan terlibat JIL. Jadi fitnah bahwa Anies Baswedan penganut Syiah adalah tidak benar, tidak berdasar dan amat kejam.

Fakta yang jelas dan benar adalah Anies Baswedan tumbuh berkembang dalam keluarga aktivis Islam di Yogyakarta, mereka adalah Ahlussunnah wal Jamaah (Sunni). Di rumah merekalah, cikal bakal Jamaah Shalahudin UGM digagas dan dibangun di pertengahan 1970-an hingga akhirnya menjadi besar seperti sekarang. Samhari Baswedan, paman Anies adalah salah satu inisiator dan pendiri Jamaah Salahudin itu.


Kepemimpinan yang Menggerakkan


Bakat kepemimpinan Anies mulai terlihat sejak muda. Semasa di sekolah dasar, Anies memimpin teman-teman sebaya di lingkungan rumahnya di Jalan Kaliurang Yogyakarta dengan membentuk komunitas KELABANG (Kelompok Anak Berkembang). Mulai aktif di kepengurusan OSIS SMP 5 Yogyakarta (1983), Anies kemudian menjadi Ketua OSIS SMA 2 Yogyakarta (1985). Di tahun yang sama Anies Baswedan terpilih menjadi Ketua OSIS se-Indonesia dalam pelatihan kepemimpinan bersama 300 ketua OSIS yang digelar oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sejak muda pula Anies Baswedan menunjukkan kepemimpinannya yang berani dan tegas. Ketika menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (1992) selain kerap kali memimpin berbagai demonstrasi memprotes kebijakan Pemerintahan Orde Baru yang otoriter, Anies memimpin demonstrasi terbesar dalam sejarah gerakan mahasiswa Pasca-NKK/BKK yaitu demo anti SDSB di Yogyakarta yang berhasil menggerakkan 13.000 demonstran. Karena peristiwa besar di Yogyakarta inilah maka gerakan anti SDSB menemukan momentumnya dan seluruh kota di Indonesia bergerak, sehingga rejim Orde Baru terpaksa menutup SDSB.

Nama Anies adalah nama legendaris dalam gerakan mahasiswa karena selain lantang saat berorasi, tangguh dalam menggalang kekuatan massa, Anies juga berani berhadapan dengan siapapun sekaligus sopan dan cerdas. Dia salah satu tokoh gerakan mahasiswa yang berprestasi hingga meraih gelar doktor dari Amerika Serikat.

Anies Baswedan menikah dengan Fery Farhati S.Psi, M.Sc yang kuliah satu angkatan di UGM pada Fakultas Psikologi, serta meraih Master bidang Pendidikan Orang-Tua di Northern Illinois University. Mereka dikarunia empat orang anak.

Ibunda Anies, Prof. Aliyah memimpin pengajian di rumah Anies di Jogja

Anies Baswedan SE, MPM, PhD menyelesaikan S1 di Fakultas Ekonomi UGM dan Master In Public Management di University of Maryland, Amerika Serikat (AS) di bidang Kebijakan Publik. Anies meraih gelar Doktor dari Northen Illinois University, AS bidang Kebijakan Publik dengan bea siswa dari institusi internasional yang dimenangkannya melalui kompetisi dengan calon-calon lain dari seluruh dunia.

Anies menguasai bidang ekonomi, kebijakan publik, pendidikan, kesejahteraan, dan desentralisasi. Dia memahami di dataran teori tapi juga kaya dengan pengalaman praktek kebijakan di pemerintahan. Dengan keberhasilan itu semua, Anies bisa saja tinggal dan hidup di luar negeri. Dia tidak ada kewajiban pulang, tapi dia secara sadar memilih untuk pulang dan terus berjuang bagi Indonesia.

Sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) 2014-2016, Anies Baswedan selalu masuk jajaran Menteri Kabinet dengan kinerja terbaik dalam berbagai survei publik (2015) dengan tidak kurang dari 40 terobosan dalam 20 bulan.

Mendikbud Anies Baswedan juga menunjukkan ketegasannya antara lain dengan menghilangkan syarat kelulusan dari Ujian Nasional (UN), menghapus kegiatan MOS (Masa Orieantasi Siswa), yang telah berpuluh tahun menjadi ajang perpeloncoan siswa baru dan sering menimbulkan korban. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia tahun ajaran baru tidak ada siswa yang meninggal karena MOS. Anies juga menjadi Mendikbud pertama yang menggerakkan lebih dari 20 juta orangtua untuk mengantarkan anak di hari pertama sekolah, sebagai bentuk pelibatan orangtua dalam pendidikan anaknya.
Anies berhasil melaksanakan program-programnya dengan 94% serapan anggaran. Salah satu Menteri dengan capaian tertinggi dibanding menteri lain. Laporan keuangan Kemendikbud yang berintegritas juga mendapat predikat tertinggi; opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK. Ini menunjukkan pengelolaan keuangan oleh Anies Baswedan bersih dan tanpa penyimpangan.

Sikap dan Tindakan Anti-Korupsi


Anies Baswedan dikenal sebagai tokoh gerakan anti korupsi. Anies sudah teruji dan terbukti anti-korupsi. Ketika menjadi rektor dia membuat dan menjadikan mata kuliah anti-korupsi wajib bagi seluruh mahasiswa. Ini pertama kali terjadi di dunia bahwa sebuah universitas menjadikan mata kuliah anti korupsi wajib bagi seluruh mahasiswa di fakultas manapun.

Anies Baswedan dipilih menjadi Ketua Komite Etik KPK (2013) saat terjadi krisis di KPK. Sebelumnya ketika ada masalah antara KPK dan Polri yang dikenal sebagai kasus ‘cicak-buaya’, Anies menjadi anggota Tim 8 yang dibentuk oleh Presiden (2010). Ini menjadi bukti Anies adalah seorang yang bersih dan berintegritas. Walau usianya muda, dia diterima dan diakui sebagai figur bersih, amanah dan konsisten.

Sekarang, sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Sandiaga Uno, Anies didukung oleh para mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjoyanto dan Adnan Pandu Praja.


Paling Layak Dipilih Jadi Pemimpin


Anies Baswedan adalah pemimpin yang menggerakkan, menjadi sumber kebaruan dengan selalu membawa terobosan.

Anies sebagai pemimpin yang berpengalaman di Indonesia juga diakui dunia. Anies tegas, berani, luwes bergaul dengan siapa saja: dari gelandangan, pedagang burung di Pasar Barito hingga Sekjen OKI, Dirjen UNESCO, atau pun Sekjen PBB. Dia berteman dengan semua dan tetap sederhana dan menjunjung tinggi akhlak dan kepemimpinan yang beradab. Dia bisa marah tapi tidak pernah marah-marah. Dia biasa menegur tapi tidak menghina, atau dia biasa mengoreksi tapi tidak mempermalukan bawahan. Semua lembaga yang dia pimpin mengalami kemajuan dan perubahan yang sifatnya sistem, sehingga meski berganti pimpinan maka perubahan tetap berlangsung baik.

Anies Baswedan menggerakan semua anak buahnya dengan suasana positif. Dia sadar sebagai pemimpin harus bisa mempersatukan bukan memecah belah, jadi pemimpin harus bisa diteladani, harus mendorong kemajuan bukan menakut-nakuti, dan jadi pemimpin harus bijak dalam kata dan perbuatan. 
[sumber : sb/dakwatuna.com]

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Anies Baswedan: Pemimpin yang Alim, Mempersatukan dan Berpengalaman
DomaiNesia

Trending Now